Senin, 17 Januari 2011

Surfaktan Bahan Pembersih Ramah Lingkungan

Kapanlagi.com - Produksi kelapa sawit Indonesia tercatat sebagai nomor dua dunia setelah Malaysia dengan luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia sebesar 5 juta hektar dengan produksi 11,08 juta ton per tahun.

"Sebanyak 60% produk kelapa sawit diekspor dalam bentuk primer. Sisanya, 40% berupa produk setengah jadi," kata Heri Slamet Widodo mewakili Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian RI, demikian dilaporkan dari Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga, Minggu.

Sementara itu, Dr Ir Erliza Hambali dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Surfaktan (Surfactan Reseach and Development Center/SRDC) IPB mengungkapkan, selama ini IPB bekerjasama dengan sejumlah pihak melakukan riset pengembangan surfaktan lebih jauh.

Beberapa pihak mitra kerjasama itu diantaranya Kondur Petroleum SA, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas), Institut Teknologi Bandung (ITB), Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) dan Masyarakat Perkelapa Sawitan Indonesia (Maksi).

Menurut Heri Slamet Widodo, ketika berbicara pada Seminar Nasional "Pemanfaatan Surfaktan Berbasis Minyak Sawit untuk Industri" di Balairung Abdul Muis Nasution Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB, produk minyak sawit sebenarnya masih bisa ditingkatkan nilai tambahnya sekitar 70-80%.

"Misalnya dengan diubah menjadi surfaktan," katanya pada acara yang merupakan salah satu rangkaian Dies Natalis IPB ke-42, yang diselenggarakan oleh SRDC IPB bekerjasama dengan Departemen Industri RI, Asian Agri dan Fateta IPB.

Surfaktan adalah senyawa yang molekul-molekulnya mempunyai dua ujung yang berbeda interaksinya dengan air, yakni ujung satu - biasa disebut kepala -yang suka air dan ujung satunya - yang disebut ekor- yang tidak suka air.

Umumnya, surfaktan digunakan sebagai bahan pembersih. "Hal ini karena surfaktan jauh lebih ramah lingkungan. Peluang aplikasi sangat luas, tak terbatas dalam industri pembersih tapi juga pada industri cat, pangan, polimer, tekstil dan lain-lain," katanya.

Ia mengungkapkan, permintaan surfaktan di dunia internasional cukup besar. Pada tahun 2004, permintaan surfaktan sebesar 11,82 juta ton per tahun dan pertumbuhan permintaan surfaktan rata-rata 3% per tahun.

Menurut dia, sasaran jangka menengah dan panjang Departemen Industri RI terkait pengembangan industri berbasis kelapa minyak sawit, sedangkan jangka menengah yakni meningkatkan diversifikasi industri turunan minyak sawit untuk non-pangan dan pangan, meningkatkan pasokan bahan baku Crude Palm Oil industri dalam negeri serta meluasnya pasar ekspor industri turunan minyak sawit.

Khusus untuk non-pangan, katanya, diarahkan terutama pada produk surfaktan, biodesel, pelumas, gemuk, dan bahan adiktif buat bahan bakar, sedangkan pangan diarahkan pada produksi minyak goreng sawit merah (kaya beta karoten), margarine, CBS, tokoferol dan lainnya.

Sasaran lebih jauhnya, kata dia, adalah menjadi produsen turunan kelapa sawit terbesar di dunia, menguasai teknologi dan bisnis produk-produk turunan minyak sawit.

Menurut Dr Ir Erliza Hambali dari SRDC IPB, beberapa riset yang telah dilakukan antara lain melalui kerjasama yang ada antara lain Kajian Proses Produksi Surfaktan DEA, MES, Alcohol Sulfat dan Sukrosa Ester, Aplikasi Surfaktan MES pada Produk Pembersih (sabun cair, deterjen cair dan deterjen bubuk), Aplikasi Surfaktan DEA pada sabun transparan, Aplikasi Surfaktan pada lotion, sunscreen, roll-on, shower gel, dan cleansing milk. (*/erl)

Sumber: http://www.kapanlagi.com/h/0000076314.html

Panduan Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan Pada Industri Baterai Kering

Bandung - Dalam rangka pelaksanaan Program Kerja Tim Pengkajian Masalah Lingkungan dan Pencemaran Akibat Kegiatan Industri manufaktur, Balai Besar Bahan dan Barang teknik (B4T) telah melakukan pertemuan dengan pihak terkait guna membahas "Panduan Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan pada Industri Baterai Kering" pada hari Jumat tanggal 27 April 2007.

Panduan ini merupakan referensi dan arahan bagi industri baterai kering dalam aplikasi teknologi ramah lingkungan, guna meminimalkan dampak lingkungan dari kegiatannya, melalui pemilihan dan modifikasi proses dan peralatan disertai dengan pengingkatan effisiensi penggunaan bahan dan energi.

Baterai kering merupakan salah satu jenis produk yag dalam proses produksinya menghasilkan limbah, baik itu limbah yang berkategori Bahan berbahaya dan beracun (B3) ataupun limbah Non B3. Dalam menjalankan proses produksi, industri tersebut wajib menerapkan produksi bersih untuk meminimalisasi dan mengendalikan limbah yang terbentuk. Dapat dilakukan dengan dua cara.

Mengurangi jumlah bahan berbahaya dan beracun, dilakukan dengan pengendalian bahan baku, proses produksi,dll.

Mengendalikan proses produksi seefisien mungkin, baik dalam pemakaian energi ataupun bahan baku,yang berdampak pada biaya operasional dan kualitas produk.(g4l1h/IT)

Sumber: http://www.b4t.go.id/id/?option=com_content&task=view&id=129&Itemid=2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar