Sabtu, 29 Oktober 2011

Fenomena Mudik

Mudik merupakan fenomena sosial yang rutin setiap tahun
terjadi. Mudik di sini di fahami sebagai liburan massal warga kotakota
besar di daerah asal mereka (desa atau kota-kota yang lebih
kecil). Kegiatan ini biasanya di lakukan menjelang hari raya Idul Fitri,
natal dan tahun baru. Jumlah warga kota yang mudik setiap tahun
diperkirakan berkisar sekitar sepuluh hingga enampuluh persen. Hal
ini dapat dilihat pada bukti empiris: saat liburan di atas jalan-jalan
dan pusat-pusat keramaian kota besar seperti Jakarta, Surabaya,
Bandung, Semarang dan sebagainya, menjadi relatif sepi.
Fenomena mudik muncul dan menjadi trend menarik sejak
kota-kota di Indonesia berkembang pesat sebagai imbas integrasi
pada sistem ekonomi kapitalis di awal tahun 1970-an. Dinamika
sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan di kota-kota besar menjadi
“enersi” pertambahan penduduk, terutama yang berasal dari migrasi.
Warga kota yang banyak diantaranya para pendatang melakukan
aktivitas mudik pada kesempatan-kesempatan tertentu, yaitu pada
hari libur kerja yang panjang dan bermakna kultural (lebaran, natal,
dan tahun baru).
Berbicara mengenai motif mudik warga kota besar, kita dapat
melihat melalui konteks rasionalisasi masyarakat. Di awal integrasi
masyarakat Indonesia pada sistem ekonomi kapitalis dunia, di mana
tingkat rasionalisasi relatif belum berkembang, mudik mempunyai
motif tradisionalistik. Yaitu, warga kota mengisi kembali “ruh” polapola
kehidupan tradisional yang terkikis dalam persentuhan dengan
modernisasi di kota-kota besar. Mudik dapat dipandang sebagai
penegasan rutin keanggotaan warga kota besar pada komunal daerah
asal di desa atau kota-kota yang lebih kecil. Mudik pun sarat simbol
kultural mengenai cerita sukses warga desa berjuang di kerasnya
kehidupan kota-kota besar. Pada konteks ini, warga yang tidak mudik
biasanya diinterpretasikan berdasarkan alasan yang familiar seperti
berhalangan (positif) atau mulai “lupa” asal-usul (negatif).
Tampaknya kini, di awal abad ke-21, setelah masyarakat
Indonesia lebih dari tiga dasawarsa berkiprah dalam dunia ekonomi
berorientasi pasar, motif mudik telah bergeser ke arah yang lebih
rasional. Warga kota-kota besar mudik pada umumnya karena alasan
praktis sebagai berikut: 1) rekreasi keluarga dalam suasana
kekeluargaan; 2) pertemuan keluarga luas yang praktis, efisien, dan
pada saat yang tepat secara sosio-kultural. Bahkan, untuk beberapa
kasus, mudik dapat bertalian dengan lobi sosial dan ekonomi dalam
kerangka penguatan dan perluasan modal sosial. Warga yang tidak
mudik mulai mendapat ruang toleransi sosial. Mereka difahami dalam
penjelasan rasional seperti sibuk dengan pek pekerjaan, masalah
transportasi, keamanan rumah, dan sebagainya.

1 komentar:

  1. Online casino - KAdang Pintar
    Online 온카지노 주소 casino - Play slots, casino games & more. Join KADANG PINTAR today to play your favourite games & win big at KADANG PINTAR!

    BalasHapus